Aksi Nyata dan Visi Menuju Generasi Emas
samsul
SIDOKEPUNG – Stunting, atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, bukan lagi sekadar isu kesehatan. Ia adalah ancaman senyap yang dapat merenggut masa depan sumber daya manusia bangsa. Menyadari urgensi ini, Pemerintah Desa Sidokepung di Sidoarjo, Jawa Timur, bahu-membahu bersama seluruh elemen masyarakat, telah mengobarkan semangat perang melawan stunting melalui serangkaian program yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Di tengah tantangan nasional ini, Desa Sidokepung menunjukkan bahwa solusi paling ampuh sering kali datang dari kearifan lokal yang paling mendasar: semangat gotong royong. Penanganan stunting di sini bukan lagi sekadar program pemerintah yang dijalankan oleh segelintir petugas. Ia telah menjelma menjadi gerakan kolektif, di mana setiap individu merasa terpanggil untuk mengambil peran.
Garda Terdepan yang Proaktif dan Penuh Inovasi. Ujung tombak gerakan ini adalah para kader Posyandu dan bidan desa yang militan. Mereka tidak hanya menunggu di meja penimbangan. Secara proaktif, mereka melakukan pendataan dari pintu ke pintu, mengidentifikasi ibu hamil dengan risiko tinggi, bayi di bawah dua tahun (baduta), dan balita yang pertumbuhannya melambat.
Salah satu inovasi paling menyentuh dari semangat kebersamaan ini adalah program "Dapur Sehat". Diinisiasi oleh ibu-ibu anggota PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), mereka secara sukarela memasak bersama. Menu yang disajikan bukanlah makanan instan, melainkan olahan bergizi tinggi yang bersumber dari potensi pangan lokal. Sayur, lauk pauk, dan sumber karbohidrat diolah menjadi hidangan lezat dan padat gizi yang dibagikan kepada anak-anak yang membutuhkan.
Program penurunan stunting di Desa Sidokepung tidak berjalan parsial. Sebaliknya, desa ini menerapkan pendekatan multisektor yang menyasar langsung ke akar permasalahan. Menyadari bahwa penyuluhan saja tidak cukup, terutama setelah ditemukannya 39 balita dalam kategori stunting pada tahun 2024, Pemerintah Desa bersama Puskesmas setempat menguatkan intervensi langsung yang menyentuh sasaran, diantaranya Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berkualitas. PMT tidak lagi sebatas biskuit. Kini, makanan tambahan diolah secara khusus berbasis protein hewani dan nabati untuk memastikan balita bergizi kurang dan ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) mendapatkan asupan terbaik. Pemantauan Tumbuh Kembang Rutin, Penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan bulanan di Posyandu menjadi agenda wajib. Data ini menjadi kompas untuk memantau tren pertumbuhan setiap anak dan menjadi sistem peringatan dini untuk mendeteksi risiko stunting sedini mungkin, dan Perbaikan Sanitasi dan Akses Air Bersih. Sadar bahwa infeksi berulang akibat sanitasi buruk dapat menghambat penyerapan gizi, desa ini memastikan warganya memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak.
"Kami tidak ingin pembangunan di desa ini hanya sebatas fisik seperti jalan dan jembatan. Yang terpenting adalah membangun manusianya," ujar Kepala Desa Sidokepung, saat memberikan sambutan. "Dana Desa memberikan kami fleksibilitas untuk memprioritaskan apa yang paling mendesak, dan saat ini, kesehatan anak-anak kita adalah prioritas utama."
Melalui musyawarah desa, disepakati bahwa program penurunan stunting akan menjadi salah satu kegiatan prioritas yang didanai oleh Dana Desa tahun ini. Program tersebut mencakup beberapa kegiatan utama yang terintegrasi dan menyasar kelompok rentan. Langkah yang diambil oleh Desa Sidokepung menjadi bukti bahwa Dana Desa, jika dikelola dengan visi yang jelas dan partisipasi aktif masyarakat, mampu menjadi senjata ampuh untuk menyelesaikan masalah krusial di tingkat desa. Ini bukan sekadar program, melainkan sebuah gerakan bersama untuk memastikan tidak ada satu anak pun di Sidokepung yang kehilangan haknya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pemerintah Desa Sidokepung berharap masyarakat menyadari bahwa perjuangan ini akan lebih kuat jika dilakukan bersama. Oleh karena itu, pintu kolaborasi terus dibuka lebar bagi pihak eksternal. Mulai dari perguruan tinggi melalui program KKN tematik stunting, perusahaan lewat program CSR, hingga komunitas dan organisasi non-pemerintah lainnya.